Sabtu, 07 September 2013

KARAKTERISTIK BELAJARA SISWA

DIPOSTING : SARSIDI,S.Pd.
KEPALA SEKOLAH SD N 03 GENDOWANG

Belajar dalam kehidupan seseorang, termasuk pada anak-anak, bukan hanya terbatas pada belajar secara akademik, apalagi dikerucutkan lagi hanya pada duduk dikelas, mencatat dan menghafal diluar kepala. Belajar adalah sebuah proses menyerap berbagai informasi yang secara aktif dilakukan individu didalam hidupnya, sejak masih bayi hingga lanjut usia, baik ia dalam keadaan diam ataupun bergerak. Maka hasil belajar seorang individu akan tampak pada perubahan-perubahan yang terjadi dalam hidupnya, baik dalam kemampuan motorik, bahasa, emosi maupun kognisi. Dengan demikian, hasil belajar seseorang bukan hanya terbatas pada perolehan angka atau nilai dalam bidang akademik semata-mata, namun meliputi seluruh aspek kemampuan yang berkembang dan ia butuhkan untuk dimanfaatkan dalam menjalani kehidupannya.
Pada seorang anak, belajar secara akademik adalah salah satu aspek penting yang perlu ia lakukan, dalam rangka mengembangkan kemampuan berpikir (kognisi), kecerdasan emosi dan bahasa, serta kemampuan motorik baik motorik kasar maupun motorik halus. Aspek-aspek ini akan menjadi dasar bagi dirinya untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan hidup (life skill) yang akan memudahkannya untuk berfungsi dalam kehidupan personal dan sosialnya secara optimal. Menurut Vernon A Magnessen (DePorter, et. al), individu belajar melalui:
10 % Dari bacaan/membaca
20% Dari apa yang didengar
30% Dari apa yang dilihat
50% Dari yang dilihat dan didengar
70% Dari apa yang dikatakan
90% Dari apa yang dilakukan
Dengan memperhatikan apa yang dikemukakan Magnessen, kita dapat melihat bahwa cara untuk mentransfer pengetahuan kepada seorang individu akan lebih optimal hasilnya jika disampaikan melalui praktek atau dilakukan. Karena melalui praktek atau melakukan apa yang diajarkan, kemampuan seorang individu untuk menyerap dan menyimpan informasi yang diajarkan menjadi lebih lama bertahan dalam ingatan dan lebih mudah untuk diulang.
Selain dengan metode mempraktekkan, transfer pengetahuan bisa juga kita optimalkan hasilnya dengan memperhatikan tipe atau karakteristik belajar seseorang. Adapun Model-model karakteristik belajar individu adalah sebagai berikut:
1. Tipe Visual
a. Mengingat apa yang didengar dan dilihat
b. Suka membaca daripada dibacakan
c. Suka mencoret-coret
d. Cepat lupa pesan verbal
e. Tipe teliti dan detail
f. Tekun dan lebih menyukai cara menjawab singkat
2. Tipe Auditorial
a. Mengingat yang didengar
b. Bicara sendiri pada saat melakukan
c. Cara menghafal dan membaca dengan bersuara
d. Suka diskusi dan suka bicara
e. Suka musik
f. Bicara dengan nada terpola
3. Tipe Kinestetik
a. Menanggapi belajar dengan gerak fisik
b. Mendekati lawan bicara dengan gerak fisik
c. Menghafal sambil berjalan-jalan
d. Menggunakan jari dan tangan saat belajar
e. Suka permainan yang memudahkan belajar
f. Menyukai belajar dengan isyarat tubuh
g. Tidak dapat duduk dan berdiam lama saat belajar
Optimasi fungsi kecerdasan bisa dilakukan dengan berbagai cara. Memahami bagaimana individu belajar dan bagaimana karakteristik metode belajarnya, adalah salah satu cara. Dengan memperhatikan tipe-tipe atau karakteristik belajar diatas, maka kita bisa mengidentifikasi dengan cara apa seorang individu lebih mudah menyimpan dan mempelajari sesuatu, sehingga hasil belajarnya pun menjadi optimal. Karakteristik belajar ini, akan menentukan gaya belajar dan proses pemindahan informasi seperti apa yang paling tepat untuk mengoptimalkan hasil belajarnya.
Hal lain yang perlu diperhatikan berkaitan dengan aktivitas belajar adalah mengenali dan memahami kepribadian seorang anak dalam belajar. Ciri-ciri atau tipe kepribadian individu yang berkaitan dengan belajar adalah sebagai berikut:
1. Ciri intelektual/belajar
Mudah menangkap pelajaran, ingatan baik, perbendaharaan kata luas, penalaran tajam (berpikir logis-kritis, memahami hubungan sebab akibat), daya konsentrasi baik (perhatian tidak mudah teralihkan), menguasai banyak bahan tentang macam-macam topik, senang dan sering membaca, ungkapan diri lancar dan jelas, pengamat yang cermat, senang mempelajari kamus, peta dan ensiklopedi. Cepat memecahkan soal, cepat menemukan kekeliruan atau kesalahan, cepat menemukan inti/kesimpulan dari suatu uraian, mampu membaca pada usia lebih muda, daya abstraksi tinggi, selalu sibuk menangani berbagai hal
2. Ciri kreativitas
Dorongan ingin tahunya besar, sering mengajukan pertanyaan yang baik, memberikan banyak gagasan dan usul terhadap suatu masalah, bebas dalam menyatakan pendapat, mempunyai rasa keindahan, menonjol dalam salah satu bidang seni, mempunyai pendapat sendiri dan dapat mengungkapkannya serta tidak mudah terpengaruh orang lain, rasa humor tinggi, daya imajinasi kuat, keaslian (orisinalitas) tinggi (tampak dalam ungkapan gagasan, karangan, dan sebagainya. Dalam pemecahan masalah menggunakan cara-cara orisinal yang jarang dperlihatkan anak-anak lain), dapat bekerja sendiri, senang mencoba hal-hal yang baru, kemampuan mengembangkan atau merinci suatu ide (kemampuan elaborasi) sangat baik.
3. Ciri motivasi
Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus menerus dalam waktu lama, tak berhenti sebelum tugas selesai), ulet menghadapi kesulitan (tak lekas putus asa), tak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi, ingin mendalami suatu bidang/bahan pengetahuan yang diajarkan, selalu berusaha berprestasi sebaik mungkin (tak cepat putus asa dengan prestasinya), menunjukkan minat terhadap macam-macam masalah orang dewasa (misal masalah korupsi, bencana alam, atau topik-topik yang sedang aktual). Senang dan rajin belajar serta penuh semangat dan cepat bosan dengan dengan tugas-tugas rutin, dapat mempertahankan pendapat-pendapatnya (jika sudah yakin akan sesuatu, tak mudah melepaskan hal yang diyakininya itu), mengejar tujuan-tujuan jangka panjang (dapat menunda kebutuhan sesaat yang ingin dicapai kemudian), senang mencari dan memecahkan soal-soal.
Proses belajar seseorang, memang ditentukan oleh kemampuan kecerdasannya. Namun optimasi atau pemanfaatan fungsi kecerdasan ditentukan oleh banyak faktor. Anak-anak yang mempunyai kemampuan kecerdasan rata-rata bisa saja memiliki hasil belajar yang optimal dan lebih baik dibandingkan dengan anak-anak dengan kemampuan kecerdasan diatas rata-rata. Begitu pula halnya pada anak yang dianggap ‘biasa-biasa saja’ selalu ada peluang untuk memiliki hasil belajar yang lebih baik dari anak yang dianggap ’pintar’. Memahami metoda dan karakteristik belajar seorang anak dapat membantu mengoptimalkan pemfungsian kemampuan kecerdasannya.
Adapun kecerdasan seseorang, berkaitan dengan kerja belahan otak kiri dan otak kanan. Belahan otak kanan berhubungan dengan kreativitas, imajinasi dan intuisi, humanistik, divergen. Sementara belahan otak kiri berhubungan dengan keteraturan, logika, linier, sekuensi/keurutan, fokus dan konvergen. Kecedasan sendiri adalah kemampuan seseorang untuk menarik keuntungan dari lingkungannya; dalam arti mampu berperilaku secara adaptif, berfungsi secara sukses dalam lingkungannya (Reber, 1995). Dengan definisi ini, maka kecerdasan tidaklah hanya berkaitan dengan kemampuan akademik saja, melainkan bagaimana seseorang berhasil menghadapi berbagai situasi dalam hidupnya. Kecerdasan memiliki berbagai bentuk/tampilan, menurut Howard Gardner paling tidak ada 8 jenis kecerdasan, sebagai berikut:
Jenis Kecerdasan
1. Linguistic (bahasa) Kemampuan untuk menggunakan bahasa secara efektif, mengerti kata-kata serta nuansa makna kata.
Jenis pekerjaan –> Menulis, editing, menerjemahkan, membuat argument yang persuasive, pengarang, penulis puisi, wartawan, ahli pidato, pembawa acara.
Bentuk Stimulasi
• Beri kesempatan seluas-luasnya pada anak untuk bicara
• Sediakan sebanyak-banyaknya waktu untuk berbicara dengan anak berdua saja
• Lakukan permainan melengkapi kalimat, permainan tebak-tebakan kata, bermain peran
• Membaca buku bersama-sama
• Bercerita,
2. Logic- mathematic (logika matematika)
Kemampuan dalam bidang sains, memecahkan masalah secara logis, terutama dalam matematik (memanipulasi angka).
Jenis Pekerjaan –> Sains, memformulasikan dan menguji hipotesa mengenai gejala yang diamati; kedokteran, memecahkan soal matematika dengan cepat, bisnis, ilmuwan, pekerja akunting, insinyur, programmer komputer
Bentuk Stimulasi
Memperkenalkan anak konsep jumlah, konsep lebih besar-lebih kecil, mengenali angka, melakukan klasifikasi, mengurutkan
3. Musical (musikal)
Kemampuan untuk memahami dan menciptakan music, memiliki apresiasi musik.
Jenis Pekerjaan –> Memainkan alat music, membuat/menciptakan lagu, menjadi konduktor, penyanyi, pengamat dan pengkritik musik
Bentuk Stimulasi 
Mendengarkan ritma lagu, menyaksikan pertunjukan music, menyanyi sambil menari, bermain sambil mendengarkan lagu
4. Visual Spatial (visual ruang)
Kemampuan untuk menemukan lokasi (jalan); memperkirakan hubungan antar benda dalam ruang. Mampu memperhatikan detail dari apa yang dilihat, dan membayangkan serta memanipulasi objek visual didalam benaknya.
Jenis Pekerjaan –> Arsitektur, perencanaan kota, pekerjaan perkayuan (misal membuat mebel), pelaut, pilot, pelukis, arsitek, pemahat, ahli geografi
Bentuk Stimulasi
Menggambar, melukis, bermain plastisin, tanah lempung, berkreasi dengan barang bekas, bermain puzzle, berimajinasi, berdandan, melihat peta, menggambar peta rumah, atau peta jalan dari rumah menuju ke tempat tertentu
5. Bodily-kinesthetic (kinestetika tubuh)
Kemampuan untuk bergerak dengan ketepatan (presisi) dan menggunakan keterampilan tubuh.
Jenis Pekerjaan –> Menari (penari), olah raga (atlet), pantomim, ahli bedah, ahli-ahli teknik
Bentuk Stimulasi
Mengajaknya berlari, bermain di alam bebas, melompat, berayun, meloncat, meniti, menggerakkan tubuh sambil mengikuti irama music, mewarnai gambar, menguntai kalung, menuang air kedalam botol, menyusun mainan
6. Interpersonal (interpersonal/ antar pribadi)
Kemampuan untuk memahami dan berkomunikasi dengan orang lain, mampu mengenali perilaku orang dengan jeli ‘membaca’ suasana hati orang lain, menemukan dorongan serta maksud yang mendasar dari perilaku orang lain.
Jenis Pekerjaan –> Bidang pengajaran (guru), psikologi, acting, pekerja social, politikus
Bentuk Stimulasi
Membiasakan anak bergaul dengan orang lain, membaca cerita dan mengidentifikasi tokoh-tokoh dalam cerita, melatih anak memahami perasaan orang lain, melatih anak untuk memahami perasaannya sendiri, misal saat marah, cemas, takut, gembira, senang, sedih
7. Intrapersonal (dalam diri)
Kemampuan untuk memahami diri sendiri, mengenali perasaan, motif dan dorongan yang dimiliki diri pribadi, kekuatan intuitif, mampu memotivasi diri, studi mandiri
Jenis Pekerjaan –> Motivator, Bidang konseling, psikiatri, ahli agama (teolog), filsuf
Bentuk Stimulasi 
Melatih anak mengenali dan menyadari berbagai perasaan dalam dirinya, mengajarkan pada anak keunikannya, melatihnya menerima dirinya sendiri dengan segala kelebihan dan kekurangannya, memberinya tugas-tugas yang dapat ia kerjakan sendiri, memberi pujian dan penghargaan atas prestasinya, membiasakan ia untuk mandiri
8. Naturalist (naturalistic/alam)
Kemampuan untuk membeda-bedakan spesies serta ciri-cirinya (berkenaan dengan bahan alam), mampu melakukan pengamatan dan observasi nilai kehidupan
Jenis Pekerjaan –> Memancing, berburu, beternak, berkebun, bertani (petani), memasak, ahli biologi, ahli tumbuh-tumbuhan (botanist), ahli pertamanan (landscaper)
Bentuk Stimulasi 
Mengajak anak ke kebun binatang, kebun raya, perkebunan, pegunungan, hutan, sungai, sumber air panas, memperkenalkan anak dengan berbagai objek alam, membiasakan mereka ikut menjaga alam misal menyiram tanaman, menanam, menyediakan buku dan film mengenai alam, membicarakan mengenai alam, memelihara hewan, tanaman, mengoleksi benda-benda alam
Usaha mengoptimalkan fungsi kecerdasan seseorang telah banyak diteliti dan menemukan berbagai alternatif cara untuk melakukannya. Berbagai pendekatan dan metode belajar juga telah banyak dicobakan oleh berbagai institusi pendidikan, mulai dari metode belajar Quantum, metode Montessori, dan lain-lain. Memahami karakteristik belajar seorang anak, adalah salah satu cara yang bisa dilakukan oleh para orang tua di rumah untuk membantu anak mengoptimalkan fungsi kecerdasannya, sehingga anak bisa berkembang optimal dan mendapat manfaat sebesar-besarnya dari interaksinya dengan berbagai pengetahuan pada setiap jenjang pendidikan yang dilaluinya.
Wallahu’alam Bishsawwab